JAKARTA - Langkah strategis diambil Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk memperluas jangkauan industri nasional. Indonesia dengan tegas menyatakan keterbukaannya terhadap berbagai potensi kerja sama, peluang investasi, hingga penjajakan pasar baru di negara Rusia. Optimisme ini disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Tri Supondy, dalam sebuah konferensi pers di Jakarta pada Selasa (21/10/2025).
“Karena (Rusia) ini adalah pasar nontradisional, saya kira sangat terbuka luas (potensi kerja sama dan investasi). Nilainya mungkin akan terus kita kembangkan (dengan detil lebih lanjut), ” ujar Tri Supondy, menggarisbawahi potensi besar yang belum tergarap.
Momentum penting yang akan dimanfaatkan adalah terpilihnya Indonesia sebagai negara mitra (partner country) dalam INNOPROM, sebuah pameran industri kelas dunia yang kerap menjadi ajang krusial bagi inovasi, kolaborasi, dan investasi industri di Rusia. Perhelatan akbar ini dijadwalkan berlangsung di Ekaterinburg, Rusia, pada 6-9 Juli 2026.
INNOPROM 2026 bukan sekadar pameran biasa. Acara ini akan menjadi platform bagi negara-negara partisipan untuk mendalami berbagai aspek perindustrian dan menjajaki bidang kerja sama yang potensial. “Tentu kita hadir di sana tidak hanya untuk kemudian hadir di pameran, tetapi juga punya target-target ekonomi yang luas, perdagangan, industri dan tentu investasi, ” Tri Supondy menegaskan.
Pemerintah melihat waktu persiapan yang cukup hingga 2026 sebagai kesempatan emas untuk membangun jejaring kerja yang kuat antara para pelaku bisnis dan pemerintah. “Ada waktu persiapan yang cukup untuk kita membangun networking atau jejaring kerja antara para pebisnis dan juga pemerintah, sehingga nanti timbul kerja sama-kerja sama, ” imbuhnya, menunjukkan visi jangka panjang dalam membangun kemitraan.
Data dari Kemenperin menunjukkan gambaran awal potensi kolaborasi. Pada tahun 2024, tercatat perdagangan bilateral antara Indonesia dan Rusia mencapai sekitar 3, 98 miliar dolar AS. Sementara itu, total investasi Rusia di Indonesia mencapai sekitar 262, 8 juta dolar AS, dengan prospek ekspansi yang signifikan, terutama di sektor pangan dan pertanian, farmasi dan alat kesehatan, galangan kapal, krisotil, pupuk, serta industri metalurgi.
Untuk memperlancar akses pasar, Indonesia terus berupaya memperkuat perjanjian perdagangan. Sejumlah Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) dan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) telah atau sedang dalam proses negosiasi dengan mitra dagang utama, termasuk negara-negara ASEAN, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, Uni Eropa, dan negara-negara Teluk.
Langkah proaktif lainnya adalah komitmen pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan negosiasi Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-Uni Ekonomi Eurasia (IEAEU-FTA). Perjanjian ini diharapkan dapat menjadi katalisator penguatan perekonomian kedua belah pihak.
Keanggotaan Indonesia di BRICS juga menjadi tonggak penting dalam diplomasi ekonomi. Bergabung dengan kelompok negara-negara berkembang ini membuka peluang baru untuk memperkuat kerja sama industri dan teknologi, mendiversifikasi basis perdagangan, serta memperluas jejaring investasi dengan negara-negara anggota lainnya. (PERS)

Updates.