JAKARTA - Sebuah laporan terbaru dari Bank Dunia membawa sorotan tajam terhadap posisi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia. Dalam studi bertajuk East Asia and the Pacific Economic Update edisi Oktober 2025, terungkap bahwa perusahaan-perusahaan milik negara ini, meski vital dalam penyerapan tenaga kerja, menunjukkan kinerja produktivitas yang kurang mengkilap jika dibandingkan dengan rekan-rekan swasta mereka di sektor yang sama.
Kesenjangan produktivitas ini bukan fenomena eksklusif Indonesia. Bank Dunia mencatat bahwa di China dan Vietnam, BUMN juga rata-rata mencatatkan angka penciptaan lapangan kerja yang 6 poin persentase lebih rendah dibanding perusahaan swasta di industri serupa. Fakta ini tentu menggugah kesadaran akan pentingnya evaluasi mendalam terhadap efektivitas operasional BUMN.
Laporan tersebut secara gamblang menyatakan, "Di Indonesia, BUMN cenderung menunjukkan produktivitas yang lebih rendah daripada perusahaan swasta di sektor manufaktur yang sama." Kutipan ini menggarisbawahi area krusial yang memerlukan perhatian lebih.
Menanggapi temuan ini, Bank Dunia menyarankan langkah reformasi yang signifikan. Pembukaan akses perdagangan yang lebih luas, peningkatan intensitas persaingan, serta pengurangan dominasi BUMN dan entitas yang terafiliasi dengan pemerintah dinilai sebagai pilar penting untuk mendongkrak daya saing dan ketahanan ekonomi Indonesia di kancah global.
Fokus pada peningkatan produktivitas tenaga kerja menjadi isu sentral bagi sebagian besar negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Bank Dunia menekankan, "Meningkatkan produktivitas lapangan kerja sangat penting bagi sebagian besar perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik karena produktivitas tenaga kerja masih relatif rendah dan di bawah rata-rata global, kecuali di China dan Malaysia."
Proses transformasi ekonomi yang sedang berlangsung di negara-negara kawasan ini juga memunculkan tantangan tersendiri dalam hal pergeseran pola ketenagakerjaan. Laporan Bank Dunia menyoroti fenomena yang mengkhawatirkan, "Dalam periode terbaru, lapangan kerja terutama bergeser dari pertanian berproduktivitas rendah, bukan menuju industri berproduktivitas tinggi, melainkan ke pekerjaan berproduktivitas rendah di sektor jasa." Pergeseran ini, jika tidak dikelola dengan baik, berpotensi memperlambat kemajuan produktivitas secara keseluruhan. (PERS)

Updates.