JAKARTA - Upaya pemulihan di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) PT Freeport Indonesia (PTFI) yang mengalami insiden longsor pada awal September 2025 terus digenjot. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menargetkan GBC dapat kembali beroperasi secara terbatas pada April 2026.
"Di titik yang bermasalah, yang bencana itu, tim kami lagi evaluasi. Kami targetkan mungkin bulan 3, bulan 4 tahun depan beroperasi, " ungkap Bahlil saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (14/11/2025).
Saat ini, prioritas utama pemerintah adalah mengidentifikasi akar penyebab longsor lumpur bijih basah di GBC. Proses ini melibatkan audit menyeluruh terhadap tambang bersama tim ahli, penyusunan rekomendasi perbaikan, dan implementasi dari rekomendasi tersebut. "Setelah itu, baru dilakukan produksi, " tegas Bahlil.
Menteri Bahlil menekankan pentingnya kehati-hatian dalam setiap tahapan evaluasi. Ia tidak ingin proses pemulihan tambang Freeport terburu-buru, mengingat keselamatan para pekerja adalah prioritas utama yang tidak bisa ditawar. "Nanti, siapa yang bertanggung jawab? Ini nyawa orang, bukan persoalan bisnis, nyawa orang, " ujarnya dengan nada serius.
Pernyataan Menteri ESDM ini sejalan dengan perkiraan dari Freeport McMoRan Inc. perusahaan induk PTFI. Mereka memperkirakan kegiatan operasi GBC akan dimulai secara bertahap di tiga blok produksi. Blok PB2 dijadwalkan memulai operasi pada paruh pertama 2026, diikuti oleh PB3 dan PB1S pada paruh kedua 2026, dan terakhir PB1C pada tahun 2027.
Insiden longsor lumpur bijih yang terjadi beberapa waktu lalu memang berdampak pada sejumlah infrastruktur pendukung produksi di area GBC. Hal ini memaksa PTFI untuk menunda kegiatan produksi dalam jangka pendek, yang diperkirakan berdampak dari kuartal IV-2025 hingga sepanjang tahun 2026 di area tambang tersebut.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Tri Winarno, pada Kamis (13/11/2025) menginformasikan bahwa dua situs pertambangan PT Freeport Indonesia yang tidak terdampak langsung oleh longsor GBC, yaitu Deep Mill Level Zone (DMLZ) dan Big Gossan, telah mulai beroperasi kembali. Namun, Tri Winarno menambahkan bahwa kedua lokasi tambang tersebut belum kembali berproduksi secara penuh.
Produksi dari DMLZ dan Big Gossan nantinya akan sepenuhnya diserap oleh smelter Freeport yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Sebagai gambaran, pada tahun 2024, produksi bijih rata-rata Freeport Indonesia mencapai 208.356 ton per hari, yang meliputi tembaga, emas, dan perak.
GBC merupakan salah satu zona tambang bawah tanah utama yang dikelola oleh Freeport, bersama dengan DMLZ dan Big Gossan. Laporan resmi Freeport mencatat bahwa GBC memiliki kapasitas produksi konsentrat sekitar 133.800 ton per hari, DMLZ sekitar 64.900 ton per hari, dan Big Gossan sekitar 8.000 ton per hari. Dengan demikian, GBC menyumbang sekitar 64 persen dari total kapasitas produksi keseluruhan Freeport Indonesia sebelum insiden tersebut. (PERS)

Updates.