PENGUSAHA - Sosok Eka Tjipta Widjaja adalah pilar kokoh di balik kebesaran Sinar Mas Group, sebuah nama yang identik dengan kesuksesan konglomerat di Indonesia. Ia dikenal bukan hanya karena kekayaannya yang melimpah, tetapi juga karena kerendahan hati yang berpadu dengan ambisi tak terbatas. Warisan bisnis yang ia tinggalkan adalah bukti nyata dari visi dan kegigihannya yang luar biasa.
Perjalanan Eka Tjipta Widjaja, yang terlahir dengan nama Oei Ek Tjhong pada 3 Oktober di Tiongkok, adalah kisah perjuangan yang menginspirasi. Pada usia 9 tahun, ia dan keluarganya hijrah ke Indonesia, menetap di Makassar. Kehidupan awal mereka dipenuhi kesulitan, bahkan harus berjuang keras untuk melunasi hutang sebesar 150 Dollar demi kelangsungan usaha sang ayah.
Sejak usia belia, Eka telah ditempa oleh kerasnya kehidupan. Ia harus turut serta membantu ayahnya, sebuah pengalaman yang membentuk karakter dan mental bisnisnya. Dalam kurun waktu dua tahun, hutang tersebut berhasil dilunasi, dan bisnis keluarga mulai menunjukkan geliat pertumbuhan.
Keterbatasan ekonomi memaksa Eka untuk mengakhiri pendidikan formalnya di tingkat Sekolah Dasar. Namun, hal ini justru memicu semangat belajarnya yang tak pernah padam. Ia memilih belajar langsung dari pengalaman, mengamati para pedagang berpengalaman, dan menyerap setiap strategi bisnis yang ia lihat. Inilah yang kemudian membentuk pola pikir bisnisnya yang tajam.
Dengan semangat jemput bola, Eka memulai petualangan bisnisnya secara mandiri. Ia berkeliling kota Makassar dengan sepeda, menjajakan permen, biskuit, dan barang dagangan lainnya dari pintu ke pintu. Upaya gigih inilah yang menjadi pondasi awal bagi kebangkitan bisnisnya.
Titik balik besar dalam kariernya adalah ketika ia mendirikan CV Sinar Mas di Surabaya. Dari sana, ia membangun pabrik-pabrik besar, termasuk pabrik minyak goreng dan pabrik kertas. Keberhasilan ini membuka gerbang bagi Sinar Mas untuk merambah ke berbagai sektor vital seperti layanan keuangan, asuransi, dan perbankan.
Bahkan di tengah badai krisis ekonomi 1998 yang melanda Indonesia, Sinar Mas justru menunjukkan ketangguhannya. Grup ini tak gentar memperluas jangkauan operasionalnya ke sektor energi, infrastruktur, dan telekomunikasi. Inovasi terus mengalir dengan lahirnya pilar-pilar bisnis baru seperti Smartfren di bidang telekomunikasi, Sinar Mas Land di sektor properti, dan Eka Hospital di lini layanan kesehatan.
Perjalanan Eka tidaklah mulus tanpa rintangan. Ia pernah merasakan pahitnya kegagalan, termasuk saat merintis usaha di bidang kopra yang berujung pada kebangkrutan. Bisnis toko kelontong grosir yang dibuka pada tahun 1949 pun tak luput dari cobaan, bahkan beberapa kali terhenti akibat kesulitan ekonomi dan kondisi pasar yang tidak mendukung.
Dalam kondisi terdesak, Eka bahkan rela menjual aset berharga seperti mobil dan perhiasan keluarga, termasuk cincin kawinnya, demi menutupi hutang usaha. Namun, kegagalan tersebut tidak pernah memadamkan semangatnya. Sebaliknya, ia menjadikannya pelajaran berharga, memupuk prinsip pantang menyerah, kerja keras, dan komitmen untuk terus berbenah.
Kini, Sinar Mas Group berdiri kokoh dengan tujuh pilar bisnis utama, menjadikannya salah satu konglomerat terbesar di Indonesia. Kesuksesan luar biasa ini mengantarkan Eka Tjipta Widjaja pada pengakuan sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Pada tahun 2018, ia menduduki peringkat ke-2 sebagai orang terkaya di Indonesia versi majalah Globe Asia, dengan kekayaan diperkirakan mencapai US$13, 9 miliar atau sekitar Rp217 triliun.
Kisah Eka Tjipta Widjaja adalah cerminan nyata bahwa kerja keras, visi tajam, dan keberanian menghadapi tantangan adalah kunci utama untuk meraih puncak kesuksesan. Dari seorang imigran yang berjuang melawan keterbatasan, ia menjelma menjadi salah satu tokoh bisnis paling berpengaruh yang mengukir sejarah di Indonesia. (PERS)

Updates.