BISNIS - Di dunia yang serba cepat ini, nama Warren Buffett bergema sebagai simbol kesuksesan investasi yang tak tertandingi. Bukan sekadar investor saham terhebat di abad ke-20, ia juga menjelma menjadi salah satu individu terkaya di planet ini, sebuah pencapaian yang diraih berkat ketajaman strategi investasinya yang legendaris. Namun, di balik gemerlap kekayaan, tersembunyi sisi lain dari sosoknya: seorang dermawan ulung yang berkomitmen menyumbangkan hampir seluruh hartanya untuk kemanusiaan. Bagaimana perjalanan luar biasa ini bermula?
Lahir pada 30 Agustus 1930 di Omaha, Amerika Serikat, Warren Edward Buffett tumbuh dalam keluarga Howard dan Leila Buffett, bersama dua saudara perempuannya. Ayahnya, figur yang disegani, pernah menjabat sebagai anggota dewan Amerika. Pendidikan formalnya dimulai di Rose Hill Elementary School, dilanjutkan ke Alice Deal Junior High School, dan puncaknya di Woodrow Wilson High School, tempat ia lulus pada tahun 1947.
Bakat investasinya telah terpancar sejak dini. Di usianya yang baru menginjak 11 tahun, Warren kecil tak hanya menjadi loper koran, tetapi juga piawai mengais rezeki dari penjualan permen karet dan minuman ringan. Uang hasil jerih payahnya tak pernah terbuang sia-sia; ia rajin menabung dan mulai menginvestasikan setiap sen yang terkumpul. Di sela-sela kesibukannya, ia kerap menghabiskan waktu di lapangan golf, mengumpulkan bola-bola yang hilang untuk dijual kembali dengan harga terjangkau kepada para pemain.
Titik balik dimulai saat ia berusia 14 tahun di bangku SMA. Dengan tabungan sebesar $1.200, Warren membeli 40 hektar lahan pertanian. Lahan tersebut kemudian ia sewakan kepada petani lokal, sebuah langkah cerdik yang mulai menciptakan aliran pendapatan pasif baginya. Pengalaman ini menanamkan pemahaman mendalam tentang nilai aset dan pendapatan jangka panjang.
Perjalanan akademisnya berlanjut ke University of Nebraska, di mana ia meraih gelar Bachelor of Science di bidang administrasi bisnis. Ambisinya tak berhenti di situ. Ia melanjutkan studi ke Columbia Business School, meraih gelar Master of Science di bidang ekonomi pada tahun 1951. Di sanalah ia menemukan gurunya, Benjamin Graham, seorang tokoh investasi ternama, yang mengajarkan kelas investasi bersama David Dodd. Pengaruh Graham begitu besar, membentuk fondasi pemikiran investasi Buffett.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Warren Buffett bergabung dengan perusahaan ayahnya, Buffett-Falk & Co., sebagai sales investasi dari tahun 1951 hingga 1954. Pada usianya yang ke-20, ia telah berhasil mengumpulkan tabungan hampir $10.000 pada tahun 1950. Graham, melihat potensi besar dalam diri Buffett, menawarinya posisi dengan gaji $12.000 per tahun.
Tahun 1956 menjadi penanda baru dalam kariernya. Buffett memutuskan untuk berhenti dari perusahaan Graham dan mendirikan Buffett Partnership Ltd. di Omaha, menggunakan tabungan pribadinya. Perusahaan ini sukses besar, mengantarkan Warren Buffett menjadi jutawan pada tahun 1962.
Langkah selanjutnya yang krusial adalah investasi di perusahaan manufaktur tekstil bernama Berkshire Hathaway pada awal tahun 1960-an. Buffett secara agresif membeli sahamnya hingga akhirnya mengambil alih kendali perusahaan tersebut sebagai pemegang saham mayoritas. Ia kemudian melakukan transformasi besar, mengalihkan fokus bisnis Berkshire Hathaway ke sektor asuransi, dan pada tahun 1985, pabrik tekstil terakhir di bawah kepemilikannya dijual.
Berkshire Hathaway di bawah kepemimpinan Buffett terus menunjukkan kehebatannya. Pada tahun 1987, perusahaan ini mengakuisisi 12 persen saham Salomon Inc., menjadikannya pemegang saham terbesar. Filosofi Buffett adalah memperbaiki fundamental bisnis perusahaan yang dibelinya, meningkatkan kinerja keuangannya hingga berkilau. Perusahaan yang tadinya terpuruk, di tangannya bisa bertransformasi menjadi primadona yang menarik minat investor lain.
Investasi legendaris lainnya adalah pembelian saham Coca-Cola Company pada tahun 1988 melalui Berkshire Hathaway. Ia mengakuisisi 7 persen saham senilai $1, 02 miliar. Meski saham Coca-Cola sempat terpuruk pada periode 1998-1999, Buffett tetap teguh berpegang pada visi jangka panjangnya, mempertahankan investasinya hingga kini.
Pada tahun 2002, Buffett kembali membuat gebrakan dengan membeli kontrak berjangka senilai $11 miliar, yang menghasilkan keuntungan lebih dari $2 miliar pada tahun 2006. Perusahaan induknya, Berkshire Hathaway, terus meroket di pasar modal. Sebagai contoh, pada Januari 2008, harga sahamnya melonjak 35%, dan pada Desember 2011, menembus level tertinggi sepanjang masa di $150.000 per lembar.
Bagi Warren Buffett, permainan saham jangka pendek bukanlah strategi yang menguntungkan. Pengalaman pertamanya membeli saham Cities Services seharga $38, 25, yang kemudian dijualnya seharga $40, namun terus meroket hingga $200 per lembar dalam beberapa tahun, memberinya pelajaran berharga: kesabaran adalah kunci. Keputusannya untuk tidak terburu-buru melepas saham adalah inti dari strategi investasi jangka panjangnya. Ia menanamkan modal pada perusahaan yang produknya ia pahami dengan baik, inilah alasan mengapa ia enggan berinvestasi pada perusahaan seperti Microsoft atau perusahaan dotcom pada masanya.
Filosofi investasi jangka panjang bagi Buffett berarti 'membeli bisnis, bukan sekadar saham'. Ia dengan cerdik menginvestasikan dana perusahaan yang menganggur ke berbagai sektor, mulai dari asuransi, permata, utilitas, hingga makanan melalui Berkshire Hathaway. Melalui payung perusahaan ini, ia menguasai sejumlah perusahaan kelas dunia, termasuk Coca-Cola, Wells Fargo, IBM, Gillette, dan Walmart. (PERS)

Updates.