Kisah Henry Samueli: Dari Dosen Hingga Raksasa Teknologi Bernilai Triliunan

    Kisah Henry Samueli: Dari Dosen Hingga Raksasa Teknologi Bernilai Triliunan

    TOKOH - Siapa sangka, seorang dosen bisa menjelma menjadi salah satu konglomerat teknologi paling berpengaruh di dunia. Henry Samueli, sosok di balik kesuksesan perusahaan cip raksasa asal Amerika Serikat (AS), Broadcom, adalah bukti nyata kisah inspiratif tersebut. Kekayaannya yang fantastis, mencapai US$31, 1 miliar atau sekitar Rp514, 7 triliun per Minggu (5/10), mengukuhkan posisinya di puncak dunia finansial global.

    Perjalanan hidup Samueli dimulai di New York, AS, pada 20 September 1954, dalam dekapan keluarga Yahudi-Polandia. Orang tuanya, Sala dan Aron, adalah imigran yang berjuang mencari kehidupan baru di AS demi lepas dari bayang-bayang ancaman Nazi di Eropa. Saat Samueli masih kecil, keluarganya memutuskan untuk membangun kehidupan baru di Los Angeles, membuka sebuah toko minuman keras. Di sanalah, di usia remaja, ia mulai mengenal denyut dunia usaha, membantu orang tuanya mengelola bisnis keluarga.

    "Saat rasa itu pertama kali saya terpapar pada dunia usaha, " ujar Samueli dalam wawancara dengan President Broadcom Foundation Paula Golden yang ditayangkan pada akun Youtube Broadcom Foundation pada 6 September lalu.

    Namun, benih kecintaannya pada dunia teknologi mulai tumbuh saat ia merakit radio AM/FM di bangku Sekolah Menengah Pertama. Ketertarikan mendalam ini membawanya melanjutkan studi di bidang teknik elektronika di University of California, Los Angeles (UCLA). Ia tak hanya berhenti pada gelar sarjana, namun terus menempuh pendidikan hingga meraih gelar doktor pada tahun 1980.

    Setelah meraih gelar doktor, Samueli mendedikasikan dirinya untuk mengajar di Departemen Teknik Elektro dan Komputer di almamaternya. Di sela-sela kesibukannya mengajar, ia tak pernah berhenti berinovasi. Puluhan hak paten menjadi saksi bisu dari terobosan-terobosan brilian yang ia ciptakan di bidang elektronika.

    Titik balik dalam kariernya terjadi pada tahun 1991. Kehidupan Samueli sebagai profesor berubah drastis ketika ia memutuskan untuk melangkah lebih jauh dengan mendirikan Broadcom Corporation. Bersama salah satu mahasiswa doktoralnya, Henry Nicholas, mereka memulai petualangan bisnis dengan modal awal US$5.000 masing-masing. Kantor pertama mereka berlokasi di kondominium Nicholas di Redondo Beach, sebelum akhirnya berpindah ke sebuah kantor sewaan di dekat kampus UCLA, Westwood, LA.

    "Kami (Samueli dan Nicholas) tidak punya visi besar untuk perusahaan sebesar ini. Kami hanya berpikir akan sangat menarik untuk menjalankan beberapa proyek, " ujar Samueli dalam petikan wawancaranya bersama Wallstreet Journal pada 2012 lalu.

    Pada tahun 1995, Samueli mengambil keputusan besar untuk fokus penuh pada Broadcom. Ia mengambil cuti dari tugas mengajarnya di UCLA dan memimpin perusahaan pindah ke Irvine, California. Perkembangan pesat terjadi ketika pada 1998, Broadcom resmi melantai di bursa saham AS dan menjadi perusahaan publik. Nilai sahamnya meroket seiring dengan euforia booming teknologi dan internet.

    Namun, perjalanan bisnis Samueli tak luput dari tantangan. Pada tahun 2008, ia tersandung kasus pemalsuan tanggal opsi saham perusahaan yang bertujuan memanipulasi keuntungan. Ia mengakui kesalahannya di hadapan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), menerima hukuman percobaan lima tahun, denda pidana US$250 ribu, serta kewajiban membayar US$12 juta ke Kementerian Keuangan AS.

    Terlepas dari masa lalu yang penuh liku, nama Henry Samueli tetap harum di dunia elektronika. Pada tahun 2016, perusahaan cip asal Singapura, Avago, mengakuisisi Broadcom senilai US$37 miliar. Ia pun terus diakui sebagai tokoh penting yang meraih segudang penghargaan. Salah satunya, pada tahun 2012, ia dianugerahi Marconi Prize and Fellowship atas perannya memelopori kemajuan dalam pengembangan dan komersialisasi rangkaian sinyal analog dan campuran untuk sistem komunikasi modern. Tahun ini, ia juga menerima medali kehormatan dari American Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE).

    Di luar dunia teknologi, Samueli juga menunjukkan kecintaannya pada olahraga hoki. Pada tahun 2005, bersama sang istri, Susan Samueli, ia mengakuisisi Tim Hoki Anaheim Ducks senilai US$70 juta. Kini, nilai tim tersebut telah melonjak hingga menembus angka US$1 miliar.

    Kini, Henry Samueli dan istrinya menetap di Newport Beach, California, bersama ketiga anak mereka. Kisahnya adalah pengingat bahwa mimpi besar, inovasi tiada henti, dan ketekunan dapat mengubah seorang akademisi menjadi kekuatan ekonomi global. (PERS)

    miliarder teknologi kisah sukses broadcom corp inovasi elektronik dunia bisnis profil tokoh
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    ITS Perkuat Jaringan Alumni dan Industri...

    Artikel Berikutnya

    Richard Mille: Sang Maestro Jam Tangan Mewah...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Polwan Polda Sumbar Pulihkan Trauma Anak-Anak Korban Banjir Lewat Kegiatan Ceria di Mushalla Nurul Jadid
    Polda Sumbar Terima Bantuan Mobil Pendingin dari Pemprov Sumbar untuk Percepatan Penanganan Korban Bencana
    Ditreskrimsus Polda Sumbar Distribusikan Bantuan Logistik untuk Anggota dan Warga Terdampak Banjir di Pauh
    Polda Sumbar Gencarkan Trauma Healing untuk Korban Banjir Padang, Fokus Pulihkan Kondisi Psikologis Warga
    Anggota DPRD Agam Apresiasi Kepolisian atas Respons Cepat Tangani Bencana di Salareh Aia

    Ikuti Kami