Martua Sitorus: Dari Pedagang Kecil Hingga Raja Sawit Dunia

PENGUSAHA - Siapa yang tak kenal Martua Sitorus? Nama ini identik dengan kesuksesan gemilang di industri minyak sawit global. Lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, pada 18 Februari 1960, Martua memulai perjalanannya bukan dari kemewahan, melainkan dari perjuangan keras keluarga pedagang udang dan ikan. Pengalaman masa kecilnya yang akrab dengan berjualan dan menjadi loper koran membentuk karakter tangguh dan etos kerja luar biasa yang kelak membawanya ke puncak dunia.

Ia menempuh pendidikan ekonomi di Universitas HKBP Nomensen, Medan. Setelah lulus, langkah pertama Martua adalah merintis usaha kecil-kecilan di sektor minyak kelapa sawit. Meski sederhana, langkah ini menjadi fondasi kokoh bagi imperium bisnis yang akan ia bangun.

Baca juga: Kuncoro Wibowo: Dari Toko Kecil Glodok Menuju Kerajaan Bisnis

Titik balik karier Martua terjadi pada tahun 1980 ketika ia menjalin kemitraan strategis dengan pengusaha Malaysia, Kuok Khoon Hong. Bersama, mereka melahirkan Wilmar International, yang awalnya berfokus pada perdagangan kelapa sawit. Tak butuh waktu lama, pada tahun 1991, Wilmar mendirikan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit pertama dan mengakuisisi perkebunan luas di Sumatera. Ekspansi agresif terus dilakukan, termasuk kolaborasi dengan Grup Adani dari India untuk mendirikan Adani Wilmar, yang memperluas jangkauan ke distribusi produk pangan.

Di awal tahun 2000-an, Martua Sitorus membawa revolusi di pasar minyak goreng dengan memperkenalkan merek-merek ikonik seperti Sania, Fortune, Jubille, dan Aadhar, baik untuk pasar domestik maupun internasional. Jejak langkahnya tak berhenti di situ, Wilmar berkembang pesat ke berbagai lini bisnis pangan, menjadikannya salah satu grup bisnis paling dominan di Asia dan dunia.

Baca juga: Dari Dosen ke Miliarder, Kisah Inspiratif Jim Simons Pecahkan Pasar Modal

Namun, ambisi Martua Sitorus tak hanya terbatas pada agribisnis. Ia merambah sektor properti dengan Gamaland, yang sukses menggarap proyek-proyek prestisius seperti Gama Tower di Jakarta dan apartemen besar di Pulo Gadung. Tak ketinggalan, ia juga merambah sektor infrastruktur dengan rencana pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta, serta berkontribusi di sektor kesehatan melalui jaringan Rumah Sakit Murni Teguh.

Pada tahun 2018, setelah membawa Wilmar ke tangga kesuksesan global, Martua Sitorus memilih untuk melepaskan diri dari dewan direksi dan mendirikan KPN Corporation bersama saudaranya, Ganda Sitorus. KPN Corporation semakin memperkuat posisinya di sektor sawit, properti, manufaktur semen (melalui Cemindo Gemilang yang melantai di bursa pada 2021), dan kesehatan (dengan penawaran umum perdana rumah sakit Murni Sadar di 2022).

Baca juga: Anton Kurniawan: Sang Maestro di Balik Suksesnya Mie Gacoan

Kisah Martua Sitorus bukan hanya tentang bisnis dan kekayaan, tetapi juga tentang visi, kegigihan, dan kemampuan melihat peluang di setiap sudut. Ia membuktikan bahwa dengan kerja keras dan strategi yang tepat, seorang anak pedagang kecil bisa menjelma menjadi raja agribisnis kelas dunia.

Fakta Menarik Martua Sitorus:

Baca juga: Arini Subianto: Sang 'Ratu Batu Bara' yang Menginspirasi

Kekayaan Martua Sitorus terus menanjak, menempatkannya secara konsisten di daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes. Pada tahun 2023, kekayaannya mencapai US$3 miliar, dan pada tahun 2024 tercatat sebesar US$3.4 miliar, menjadikannya salah satu pengusaha paling berpengaruh di Tanah Air.

Perjalanannya dari seorang penjual udang hingga pendiri raksasa agribisnis global adalah bukti nyata semangat pantang menyerah dan kecerdasan bisnis yang luar biasa. (PERS)

Baca juga: Mas Dhito Dorong Pelaku Industri Kreatif