PENGUSAHA - Anthoni Salim, Namanya identik dengan kesuksesan gemilang Salim Group, sebuah kerajaan bisnis yang merentang dari kebutuhan pokok hingga sektor energi. Namun, di balik gemerlap nama besar ini, tersimpan kisah perjuangan yang luar biasa.
Salim Group, sebuah entitas raksasa yang menaungi merek-merek akrab di telinga kita seperti Indofood dan Indomaret, serta institusi finansial vital seperti BCA, adalah bukti nyata tangan dingin Anthoni Salim. Meski produk-produknya telah menyentuh kehidupan jutaan orang, tak banyak yang benar-benar mengenal sosok di balik layar yang memegang kendali.
Artikel ini akan membawa Anda menyelami lebih dalam profil Anthoni Salim, mulai dari akar biodatanya, dinamika keluarganya, hingga pencapaian monumentalnya.
Lahir dengan nama Tionghoa Liem Hong Sien di Kudus, Jawa Tengah, pada 15 Oktober 1949, Anthoni Salim menempuh pendidikan tinggi di Inggris, meraih gelar Sarjana Seni di bidang bisnis. Bekal inilah yang kelak membawanya memimpin sebuah imperium bisnis.
Titik balik karirnya terjadi saat sang ayah, Sudono Salim, pendiri Salim Group, memutuskan pensiun. Di tengah pusaran krisis moneter tahun 1998 yang mengguncang perekonomian Indonesia, Anthoni Salim dipercaya memegang kemudi. Ini bukan sekadar transisi kepemimpinan, melainkan sebuah ujian berat yang nyaris meruntuhkan segalanya.
Salim Group di ambang kebangkrutan dengan utang yang membengkak hingga Rp 55 triliun. Namun, di sinilah kecerdasan dan ketangguhan Anthoni Salim teruji. Dengan strategi brilian, ia berhasil menyelamatkan perusahaan, bahkan memposisikannya kembali sebagai salah satu pengusaha terkaya di tanah air.
Putra bungsu dari Sudono Salim dan Lie Las Niao ini, telah membangun hubungan harmonis dengan keluarganya, termasuk istri tercinta, Siti Margareth Jusuf, dan ketiga anak mereka: Axton, Astrid, dan Alston Salim. Bahkan, salah satu putranya aktif terlibat dalam meneruskan estafet bisnis keluarga, sebuah warisan yang sarat dengan nilai tanggung jawab.
Kekayaan Anthoni Salim, yang diperkirakan mencapai Rp 27 triliun atau sekitar 3 miliar dolar AS, menempatkannya sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia dan Asia. Ia pernah menduduki peringkat ketiga orang terkaya di Indonesia, di bawah Budi Hartono dan Eka Tjahja Widjaja. Di kancah Asia, ia bertengger di posisi ke-116.
Perjalanan karirnya dimulai dari tanggung jawab yang diberikan ayahnya untuk mengelola sebagian anak perusahaan. Meski muda dan minim pengalaman, Anthoni tak gentar. Kegigihannya dalam belajar dan beradaptasi menjadi kunci keberhasilannya.
Menghadapi krisis moneter 1998 adalah ujian terberatnya. Demi mengurangi beban utang Rp 55 triliun, Anthoni Salim mengambil keputusan sulit untuk menjual beberapa aset berharga, termasuk Bank BCA, PT Indomobil, dan PT Indocement. Namun, fokusnya tetap pada kekuatan inti: PT Indofood dan PT Bogasari.
Langkah strategis ini terbukti jitu. PT Indofood menjelma menjadi raksasa produsen mie instan, dengan Indomie sebagai ikonnya yang mendunia. Begitu pula PT Bogasari, yang menjadi tulang punggung pasokan tepung terigu di Indonesia. Produk-produk mereka kini tak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga merambah pasar global.
Keberanian Anthoni Salim dalam mengambil keputusan, serta visi jangka panjangnya, berhasil membawa Salim Group bangkit dari keterpurukan dan kembali meraih kejayaannya. Indofood kini menjadi primadona di pasar saham, didukung oleh deretan produk yang tak lekang oleh waktu.
Salah satu pencapaian terbesar Anthoni Salim adalah mendirikan PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Bogasari Flours Mill. Indofood tak hanya memproduksi mie instan legendaris seperti Indomie, Supermi, dan Sarimi, tetapi juga aneka produk kebutuhan sehari-hari, mulai dari susu Indomilk hingga makanan bayi. PT Bogasari, di sisi lain, menjadi pilar penting dalam rantai pasok bahan pangan mentah.
Kisah Anthoni Salim adalah bukti nyata bahwa kerja keras, ketangguhan dalam menghadapi krisis, dan visi strategis yang tajam adalah fondasi utama untuk membangun kerajaan bisnis yang kokoh dan menginspirasi banyak orang, termasuk saya sebagai sesama pelaku bisnis. (PERS)

Updates.