PENGUSAHA - Sosok legendaris Warren Buffett kembali mencuri perhatian publik, kali ini menyusul aksi divestasi besar-besaran yang dilakukan oleh kerajaan bisnisnya, Berkshire Hathaway. Sejak Juli 2024, perusahaan investasi yang dipimpinnya ini dilaporkan telah melepas kepemilikan saham di Bank of America dengan nilai fantastis, mencapai hampir 7 miliar dolar AS. Keputusan ini tentu saja memicu diskusi hangat di kalangan pelaku pasar, mengingat Buffett adalah ikon investor dunia yang kebijakannya selalu dinanti.
Bagi para pelaku pasar modal, baik yang baru merintis maupun yang sudah berpengalaman, Warren Buffett ibarat kompas. Ia adalah seorang panutan yang inspirasinya meresap melalui setiap keputusan investasinya. Pria yang dijuluki 'Oracle of Omaha' ini, sang Ketua dan CEO Berkshire Hathaway, telah berhasil mengukir kekayaan pribadi yang menakjubkan, melampaui angka 80 miliar dolar AS. Bersama mendiang mitra bisnisnya yang berharga, Charlie Munger, Buffett telah menanamkan modal pada ragam aset yang mencakup merek-merek ikonik seperti Coca-Cola, saus tomat Heinz, hingga teknologi IBM. Portofolionya juga merambah ke sektor-sektor vital seperti asuransi, media, perkeretaapian, dan real estat.
Perjalanan Buffett dimulai di Omaha, Nebraska, pada 30 Agustus 1930. Lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, ia tumbuh dalam keluarga yang memiliki akar bisnis. Ayahnya, seorang pebisnis investasi dan sempat mengabdi di Kongres AS, menanamkan benih kewirausahaan sejak dini. Bakatnya sudah terlihat sejak usia belia. Pada usia 11 tahun, Buffett melakukan 'debut' investasinya dengan membeli tiga lembar saham preferen Cities Service senilai $38 per lembar. Pengalaman awal ini memberinya pelajaran berharga: mencoba menebak pergerakan pasar secara akurat adalah permainan yang berisiko.
Langkah akademis Buffett membawanya ke Wharton School sebelum akhirnya meraih gelar sarjana administrasi bisnis dari Universitas Nebraska, Lincoln. Namun, titik balik krusial dalam pandangan investasinya terjadi saat ia menempuh studi pascasarjana di Universitas Columbia. Di sana, ia belajar di bawah bimbingan Benjamin Graham, seorang maestro investasi nilai yang sangat memengaruhi filosofi bisnisnya. Graham, bersama orang tuanya, adalah figur terpenting dalam membentuk cara pandang Buffett terhadap dunia finansial.
Buku monumental Graham, “The Intelligent Investor”, yang terbit pada tahun 1949, diakui Buffett sebagai penentu arah hidupnya. “Buku itu memberikan filosofi dasar tentang investasi yang masuk akal, ” ujarnya kepada para pemegang saham pada 2013, menegaskan betapa dalamnya pengaruh buku tersebut.
Sejak usia 13 tahun, Buffett sudah menunjukkan jiwa bisnisnya. Ia memulai dari menjadi tukang koran dan penjual tiket pacuan kuda. Semasa SMA, ia dan seorang teman membeli mesin pinball bekas senilai $25 dan menempatkannya di sebuah pangkas rambut. Dalam hitungan bulan, keuntungan yang didapat cukup untuk membeli mesin tambahan. Bisnis mesin pinball ini berkembang hingga tiga lokasi sebelum akhirnya dijual seharga $1.200, sebuah langkah awal yang sukses dalam membangun aset.
Julukan 'Oracle of Omaha' bukanlah tanpa alasan. Sejak lama, para investor menjadikan pendapat dan keputusan Buffett sebagai panduan utama dalam menavigasi pasar modal. Keberadaannya yang konsisten di Omaha, kota kelahirannya, semakin memperkuat identitas tersebut.
Kisah Berkshire Hathaway sendiri adalah sebuah saga transformasi. Pada 1962, Buffett mulai mengakuisisi saham perusahaan tekstil ini. Empat tahun kemudian, pada 1965, ia mengambil alih kendali penuh perusahaan dengan harga saham sekitar $8. Di bawah kepemimpinannya, harga saham Berkshire meroket, mencapai hampir $20 di akhir dekade 60-an. Hingga September 2024, saham Kelas A Berkshire Hathaway diperdagangkan di atas angka $679.000, sebuah lonjakan yang luar biasa.
Strategi Buffett sangat brilian. Ia memanfaatkan laba dari bisnis tekstil untuk mengakuisisi perusahaan lain, termasuk perusahaan asuransi seperti National Indemnity. Arus kas stabil dari premi asuransi ini kemudian dialirkan kembali untuk investasi lebih lanjut di berbagai bisnis dan sekuritas yang terus menghasilkan keuntungan.
Pada 1969, Buffett memutuskan untuk menutup kemitraan investasinya. Ia mengganti uang tunai yang ada dengan saham Berkshire Hathaway, sekaligus mengambil alih sepenuhnya perusahaan asuransi tersebut. Akuisisi strategis seperti See’s Candies pada 1972, serta investasi pada raksasa seperti American Express, Coca-Cola, Apple, dan Bank of America, membuktikan fokusnya pada merek-merek kuat dengan keunggulan kompetitif yang tak tertandingi.
Inti dari strategi investasi Buffett adalah pendekatan 'beli-dan-tahan' (buy-and-hold). Ia secara cermat memilih perusahaan dengan manajemen yang solid, rekam jejak keuntungan yang impresif, dan valuasi yang menarik. Transformasi Berkshire Hathaway dari perusahaan tekstil menjadi konglomerat raksasa tuntas pada 1985 ketika pabrik tekstil terakhir ditutup. Hingga September 2024, Berkshire Hathaway membawahi lebih dari 65 perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang tembus lebih dari $975 miliar.
Di balik kekayaannya yang mencapai miliaran dolar, Warren Buffett dikenal dengan gaya hidup yang sangat sederhana. Ia masih mendiami rumah lima kamar tidur yang dibelinya pada 1958 seharga $31.500. Kebiasaan minum Coca-Cola dan menikmati hidangan lokal seperti burger atau steak di restoran sederhana tetap ia pertahankan. Ia bahkan pernah menamai jet pribadinya, yang ia hindari, dengan nama 'Indefensible' sebagai sindiran terhadap pengeluaran mewah tersebut.
Dalam kehidupan pribadinya, Buffett menikah dengan Susan Thompson pada 1952. Meskipun berpisah pada 1977, pernikahan mereka tetap sah hingga Susan meninggal pada 2004. Mereka dikaruniai tiga orang anak: Susie, Howard, dan Peter. Susan juga berperan mengenalkannya pada Astrid Menks, yang kemudian menjadi pendamping hidupnya sejak 1978 dan menikah pada Agustus 2006.
Pada 2012, Buffett menghadapi tantangan kesehatan pribadi ketika didiagnosis menderita kanker prostat stadium awal. Ia menjalani pengobatan radiasi intensif selama 44 hari, dimulai Juli hingga November tahun yang sama. Meski menghadapi masa sulit, ia berhasil menjaga semangat dan optimisme, sebuah bukti ketahanan mentalnya.
Komitmen filantropinya juga tak kalah menginspirasi. Bersama Bill Gates, pada 2010 ia mendirikan The Giving Pledge, sebuah gerakan yang mendorong para miliarder untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaan mereka untuk amal. Buffett sendiri berkomitmen menyumbangkan 99 persen dari total kekayaannya. Sebagai bagian dari perencanaan suksesi jangka panjang, pada 2015 ia mengumumkan bahwa putranya, Howard, akan mengambil peran sebagai ketua non-eksekutif tanpa bayaran di dewan direksi Berkshire setelah ia tiada.
Perjalanan panjang dan pencapaian fenomenal Warren Buffett menjadikannya sosok yang tak lekang oleh waktu dalam dunia investasi. Keputusan investasinya yang cermat, kemampuannya beradaptasi menghadapi berbagai tantangan ekonomi, serta kesederhanaannya, terus menginspirasi jutaan orang untuk belajar dan berkembang dalam dunia finansial. (PERS)

Updates.