PENGUSAHA - Lim Hariyanto Wijaya Sarwono, seorang maestro bisnis yang telah menapaki usia 96 tahun, kembali menorehkan namanya dalam daftar 10 orang terkaya di Tanah Air per November 2025, versi Forbes. Posisinya yang kokoh di urutan ke-10, dengan aset kekayaan mencapai US$5, 4 miliar atau setara Rp90, 33 triliun, membuktikan ketangguhan dan visi bisnisnya yang tak lekang oleh waktu.
Di usianya yang sudah memasuki kepala sembilan dekade, Lim Hariyanto membuktikan bahwa pengalaman dan ketekunan adalah kunci kesuksesan yang hakiki. Sosoknya yang kini menjadi yang tertua di antara para miliarder Indonesia, menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang meraih impian, tak peduli usia.
Siapakah Lim Hariyanto Wijaya Sarwono, dan bagaimana ia membangun kerajaan bisnis yang begitu megah? Perjalanan hidupnya adalah cerminan perjuangan imigran yang penuh dedikasi. Berawal dari sebuah toko kelontong kecil di Kalimantan Timur yang didirikan oleh ayahnya, Lim Tju King, pada tahun 1915, bisnis keluarga ini perlahan tapi pasti berkembang.
Setelah ayahnya tiada, Lim Hariyanto mengambil alih kendali. Dengan mata jeli dan semangat kewirausahaan yang membara, ia tak hanya meneruskan usaha warisan, tetapi juga berani melangkah ke sektor bisnis kayu. Keputusan ini menjadi titik balik krusial yang membuka jalan bagi kesuksesan Harita Group.
Memasuki era 1980-an, Lim Hariyanto bersama kedua putranya, Lim Gunawan Hariyanto dan Lim Gunardi Hariyanto, membesarkan Harita Group. Transformasi dari pedagang kayu log menjadi produsen kayu lapis pada tahun 1983 menandai evolusi bisnis yang signifikan. Perusahaan ini awalnya dikenal dengan nama PT Tirta Mahakam Resources, yang beroperasi di Jakarta sejak 1999.
Tak berhenti di situ, Harita Group terus berekspansi. Kemitraan strategis dengan pemain internasional di bidang pertambangan emas, seperti dengan Rio Tinto Plc (RIO) di Kelian, Kalimantan Timur, membuka babak baru. Pada tahun 1996, Harita kembali menunjukkan ambisinya dengan menjalin kerjasama dengan produsen batu bara Thailand, Lanna Resources Pcl (Lanna), untuk mengembangkan deposit batu bara di Indonesia.
Puncak ekspansi Harita Group terjadi ketika mereka mengakuisisi lahan perkebunan kelapa sawit seluas 17.500 hektar di Kalimantan. Akuisisi ini menjadi pondasi bagi debut Lim Hariyanto di daftar Forbes Billionaires melalui perusahaan perkebunan kelapa sawit, Bumitama Agri, yang didirikan pada tahun 1996. Meskipun beroperasi di Singapura, akar perkebunan Bumitama Agri tetap kokoh di Indonesia, dan perusahaan ini sukses menggelar IPO di Singapura pada tahun yang sama.
Kini, Grup Harita milik keluarga Lim juga mengendalikan mayoritas saham Cita Mineral Investindo, sebuah perusahaan tambang bauksit terkemuka. Keberagaman lini bisnis ini menunjukkan strategi manajemen risiko yang cerdas dan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap dinamika pasar.
Meskipun usia senja telah menyelimuti, Lim Hariyanto Wijaya Sarwono telah mempersiapkan generasi penerusnya dengan matang. Lim Gunawan Hariyanto, sang putra, kini memegang tampuk kepemimpinan sebagai CEO di berbagai perusahaan di bawah Harita Group dan Bumitama Agri. Sementara itu, sang putri, Christina, memegang peran penting sebagai Presiden Komisaris di Harita Kencana Sekuritas. Warisan bisnis yang kokoh ini dipastikan akan terus berlanjut, membawa nama keluarga Lim semakin harum di kancah global. (PERS)

Updates.