PENGUSAHA - Siapa sangka, di balik gemerlap industri kelapa sawit yang mendunia, terselip kisah inspiratif seorang Bachtiar Karim. Lahir di Medan pada 5 November 1957, nama lengkapnya adalah Lim Ek Tjioe, namun dunia mengenalnya sebagai Bachtiar Karim, seorang pengusaha muslim yang telah mengukir sejarah gemilang. Perjalanan hidupnya adalah cerminan dari dedikasi, visi, dan keberanian untuk meneruskan warisan keluarga.
Bachtiar Karim adalah pewaris sah PT Musim Mas, sebuah grup bisnis agrikultur raksasa yang kini beroperasi di berbagai penjuru dunia. Ia bukanlah sosok yang tiba-tiba muncul di puncak kesuksesan. Sejak kecil, Bachtiar telah dibesarkan dalam lingkungan bisnis kelapa sawit. Ayahnya, Anwar Karim, bersama ibunya, Mikie Wijaya, adalah pendiri PT Musim Mas yang memiliki akar bisnis sabun sejak tahun 1932 di Medan.
Perjalanan bisnis ini dimulai dari sang kakek, Lee Bun Liau, yang mendirikan Nam Cheong. Ayah Bachtiar, Anwar Karim, kemudian mengambil alih dan mentransformasi bisnis keluarga dengan fokus pada sektor kelapa sawit. Puncaknya, pada tahun 1970, Anwar membangun kilang minyak sawit pertama di Belawan, Sumatera Utara, dan mengganti nama perusahaan menjadi PT Lambang Utama. Transformasi nama kembali terjadi pada tahun 1972 menjadi PT Musim Mas, yang kini dikenal luas dengan produk-produknya seperti minyak goreng Sunco, Amago, dan Voila.
Bachtiar Karim sendiri bergabung dengan perusahaan keluarga pada tahun 1981, setelah menempuh pendidikan teknik mesin di University of Singapore. Pengalamannya sejak masa kecil menyaksikan langsung proses produksi minyak sawit, menumbuhkan kecintaan dan pemahaman mendalam terhadap industri ini. Ia dan ketiga saudaranya, Burhan, Bahari, dan Bahrum Karim, memang telah dipersiapkan sejak dini oleh sang ayah untuk meneruskan tongkat estafet kepemimpinan perusahaan.
Tonggak sejarah penting terjadi pada tahun 1990 ketika PT Musim Mas meresmikan pabrik penggilingan sawit pertama di Medan. Setelah ayahnya wafat pada tahun 1997, Bachtiar Karim mengambil alih kepemimpinan pada tahun 2002 dan melanjutkan ekspansi dengan peresmian kantor di Kuala Lumpur, Malaysia. Di bawah kepemimpinannya, Musim Mas tidak hanya kokoh di Asia, tetapi juga berhasil menembus pasar Eropa pada tahun 2007, dan selanjutnya merambah ke pasar Amerika. Kini, Musim Mas telah menjelma menjadi perusahaan minyak sawit global dengan cabang di Singapura, Malaysia, India, Italia, Brasil, Spanyol, dan Amerika Serikat.
Kesuksesan Bachtiar Karim dalam mengembangkan bisnis warisan ayahnya tak pelak menempatkannya di jajaran orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes. Ia menduduki peringkat ke-11 dengan kekayaan bersih mencapai US$4, 1 miliar, atau setara dengan Rp22, 81 triliun. Sebuah pencapaian luar biasa yang mencerminkan ketekunan dan strategi bisnis yang brilian.
Lebih dari sekadar pencapaian finansial, Bachtiar Karim juga diakui sebagai salah satu pengusaha muslim terkemuka di dunia, masuk dalam daftar “Major Players in the Muslim Business World”. Ia juga dikenal sebagai investor cerdas, terbukti dari akuisisi Hotel dari Royal Group senilai US$117 juta pada tahun 2019, dan pembelian rumah bersejarah Tan Yeok Nee di Singapura senilai Rp1 triliun pada tahun 2022. Kisah Bachtiar Karim adalah bukti nyata bahwa warisan keluarga yang dikelola dengan visi dan inovasi dapat bertransformasi menjadi kerajaan bisnis yang mendunia. (PERS)

Updates.