PENGUSAHA - Sosok Otto Toto Sugiri adalah contoh nyata yang patut menjadi sorotan. Kekayaannya yang melimpah, sebagaimana tercatat oleh Forbes menempatkannya di jajaran 5 besar orang terkaya Indonesia pada tahun 2025, hanyalah satu sisi cerita. Yang lebih memukau bagi saya adalah jejak kontribusinya yang senyap namun revolusioner dalam memajukan lanskap teknologi Indonesia.
Perjalanan Otto dari seorang insinyur elektro menjadi pelopor industri pusat data di Tanah Air adalah sebuah narasi yang inspiratif. Kekaguman saya tidak semata terpaku pada angka-angka fantastis, melainkan pada kesabaran dan konsistensi yang ia tunjukkan dalam membangun fondasi yang kokoh.
Lahir pada 23 September 1953, Otto menempuh pendidikan Teknik Elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB), sebuah jurusan prestisius di masanya. Sejak muda, ia dikenal sebagai pribadi yang tekun dan gemar menghadapi tantangan. Perpaduan antara keilmuan teknik yang mendalam dan naluri bisnis yang tajam menjadi modal utamanya. Saya pribadi meyakini, latar belakang teknis yang kuat inilah yang memberikannya keunggulan dalam memprediksi dan memanfaatkan peluang di dunia digital yang kompleks.
Setelah merampungkan studi, Otto tidak memilih jalur karier konvensional. Ia justru berani mendirikan PT Sigma Cipta Caraka, sebuah perusahaan yang menjadi pionir solusi Teknologi Informasi (TI) bagi sektor keuangan di Indonesia. Keberhasilan perusahaan ini diakuisisi oleh Telkom Indonesia menjadi bukti otentik dari kualitas dan skalabilitas sistem yang ia rancang.
|
Baca juga:
Mas Dhito Dorong Pelaku Industri Kreatif
|
Namun, langkah yang paling memikat perhatian adalah keputusannya untuk membangun pusat data sendiri, di saat kesadaran pasar Indonesia akan pentingnya infrastruktur digital masih sangat minim. Dari sinilah, DCI Indonesia lahir.
Otto mendirikan PT DCI Indonesia Tbk (DCII) pada tahun 2011 dengan visi yang lugas namun sangat strategis: membangun pusat data lokal yang mampu setara, bahkan melampaui, standar global. Dalam kurun waktu singkat, DCI berhasil menjadi pusat data Tier IV pertama di Asia Tenggara, sebuah pencapaian luar biasa yang menandakan tingkat keandalan dan keamanan tertinggi.
Ini bukan sekadar membangun sebuah bisnis. Ini adalah tentang meletakkan fondasi digital nasional yang kini menjadi tulang punggung bagi berbagai perusahaan besar, mulai dari sektor finansial, e-commerce, hingga berbagai startup teknologi.
Peningkatan kekayaan Otto Toto Sugiri yang signifikan, menempatkannya di peringkat kelima orang terkaya di Indonesia menurut data Forbes periode 2024-2025, sebagian besar didorong oleh performa gemilang PT DCI Indonesia Tbk. Dengan kekayaan yang mencapai Rp 26, 32 triliun, lonjakan ini sejalan dengan permintaan pasar yang masif terhadap infrastruktur digital. Reputasi DCI sebagai penyedia pusat data terkemuka di tanah air semakin mengukuhkan kepercayaan investor, membuktikan bahwa investasi pada infrastruktur fundamental oleh sosok yang tepat adalah strategi jangka panjang yang sangat menjanjikan.
Beberapa media menjuluki Otto sebagai “Bill Gates dari Indonesia.” Awalnya, saya sempat skeptis, mengira itu sekadar sensasi. Namun, semakin dalam saya mempelajari kisah dan pencapaiannya, julukan itu terasa sangat beralasan. Ia bukan hanya seorang pebisnis ulung, melainkan juga seorang pemikir teknologi dan arsitek sistem, layaknya Bill Gates di masa awal Microsoft. Ia memilih untuk bekerja di balik layar, namun dampaknya dirasakan oleh jutaan orang tanpa mereka sadari.
Pada tahun 2024, Otto menerima Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Joko Widodo, sebuah pengakuan negara atas kontribusinya dalam membangun infrastruktur digital dalam negeri. Selain itu, ia juga bergabung dengan jajaran pengurus KADIN Indonesia untuk bidang digital dan teknologi. Saya melihat ini sebagai langkah strategis agar pengaruh positif Otto dapat merambah lebih luas, tidak hanya di dunia bisnis dan teknologi, tetapi juga dalam perumusan kebijakan nasional.
Dalam profil Otto Toto Sugiri, saya menemukan esensi seorang pemimpin sejati: fokus membangun dari nol, minim bicara, namun karya yang dihasilkan sangat konkret dan berorientasi jangka panjang. Bagi saya pribadi, ini adalah pelajaran berharga. Kesuksesan bukan hanya tentang memiliki ide brilian, tetapi tentang kegigihan dalam mewujudkan visi secara konsisten.
Bagi Anda yang saat ini sedang merintis karier, bisnis, atau membangun komunitas, kisah Otto Toto Sugiri bisa menjadi pengingat kuat. Peluang terbesar terkadang hadir dari hal-hal yang belum banyak dilirik orang lain, dan dengan ketekunan, visi tersebut dapat bertransformasi menjadi warisan yang monumental.

Updates.